I. Latar Belakang Masalah
Tembang sunda cianjuran merupakan salah
satu jenis kesenian tradisional hasil karya masyarakat sunda yang memiliki
nilai adiluhung, yang berasal dari daerah Cianjur Jawa Barat, dan disebut
dengan seni mamaos, yang lahir dikalangan elit. Dalam pertunjukannya tembang
Sunda Cianjuran tidak akan terlepas dari dua komponen utama, yaitu
panembang dan pamirig. Dan yang menjadi pusat atau jantung dalam hal musik
tembang Sunda Cianjuran yakni berada pada instrumen kacapi indung, karena dalam
penyajiannya lebih banyak didominasi oleh pirigan kacapi indung. Pirigan
(iringan) dalam tembang Sunda Cianjuran yang dimainkan oleh kacapi indung,
memiliki fungsi bahwa kacapi indung merupakan induk dari panembang dan
instrumen lain, kemudian sebagai pemberi aba-aba, pengiring dan pengisi
kekosongan, pengaturan tempo (embat) dan juga sebagai pemberi kesan atau rasa
musikal terhadap penembang. Dan juga terdapat instrumen kacapi rincik, suling,
dan rebab.
Kacapi
indung adalah jenis alat musik berdawai (chordophone) berbentuk bar zither yang
digunakan untuk mengiringi vokal tembang sunda cianjuran. Kacapi indung
memiliki delapan belas utas dawai. Pada bagian ujung sebelah kanan dan kiri
kacapi indung terdapat bentuk setengah lingkaran yang menyerupai sanggul
(gelung). Pada bagian bawah kacapi indung terdapat lubang resonator yang
berfungsi sebagai pengeras bunyi. Di samping itu, lubang resonator juga
berfungsi sebagai jalan masuk untuk mengikatkan dawai ke bagian ujung pureut (pureut adalah bagian untuk
menyetelkan nada pada kacapi indung). Sementara di tengah-tengah bagian depan
kacapi indung terdapat delapan belas pureut
untuk menyetem nada dengan cara memutarkan pureut tersebut ke arah kanan atau
kiri. Berdasarkan seluruh uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa silogisme
sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan demikian, kacapi pantun atau kacapi indung sebagai produk budaya
masyarakat ladang yang mencerminkan pola tiga dapat terbukti kebenarannya.
(Heri Herdini, Jurusan Karawitan STSI Bandung).
Pada
konteks ini penulis mempunyai tanda tanya besar yang menjadi permasalahan,
karena dari beberapa tokoh/penabuh kacapi indung sering ada perbedaan pola
tabuh. Hal yang akan di angkat adalah perbedaan pola tabuh kacapi indung dalam
petikan gelenyu jejemplangan yaitu pada lagu Jemplang Panganten dari lima penabuh
kacapi indung. Karena pada saat ini banyak motif-motif berbeda yang di mainkan
oleh para penabuh kacapi indung. Berdasarkan alasan tersebut penulis ingin
mengajukan penelitian yang berjudul :
“PERBEDAAN POLA TABUH
PETIK GELENYU JEMPLANG PANGANTEN NANANG ZAENUDIN DENGAN JULI KARTAWINATA PADA
KACAPI INDUNG DALAM TEMBANG SUNDA CIANJURAN (STUDI KOMPARATIF)”
Batasan
masalah pada penelitian ini yaitu akan mengkaji perbedaan pola tabuh petik
gelenyu jemplang panganten terhadap dua penabuh kacapi indung.
II.
Rumusan Masalah
Untuk
penelitian tentang perbedaan pola tabuh sangat banyak yang bisa di bedakan,
karena keduanya mahir dan terampil memainkan kacapi indung. Tidak dalam lagu
jemplang panganten saja tapi lagu-lagu dalam tembang sunda cianjuran pun mereka
sangat terampil.
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka penulis membuat suatu pertanyaan penelitian,
yaitu : Bagaimana perbedaan pola tabuh gelenyu jemplang panganten Nanang
Zaenudin dan Juli Kartawinata pada kacapi indung dalam tembang sunda cianjuran?
Dari
rumusan masalah tersebut, diharapkan dapat menguraikan beberapa perbedaan pola
tabuh lagu gelenyu jemplang panganten pada kacapi indung untuk mudah diketahui
dan dipelajari.
III.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan
utama penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pola tabuh petik gelenyu
jemplang panganten Nanang Zaenudin dan Juli Kartawinata pada kacapi indung
dalam tembang sunda cianjuran. Sehingga jika semakin banyak perbedaan yang
dimiliki oleh kedua seniman tersebut, maka tekhnik pola tabuh keduanya menarik,
di samping untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir
studi S-1 prodi Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISBI Bandung. Dan
diharapkan tulisan ini bisa menjadi rujukan atau bacaan untuk kacapi indung.
IV.
Tinjauan Sumber
a. Sumber pustaka
Tinjauan
Pustaka diperlukan untuk dijadikan
landasan analisis pada penelitian ini. Pustaka-pustaka tersebut pada umumnya berupa
karangan ilmiah, artikel, makalah, skripsi dan buku cetak yang didalamnya
berisi informasi, pengetahuan, dan konsep-konsep pemikiran yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung terhadap masalah-masalah yang akan diteliti.
Pustaka-pustaka tersebut antara lain:
1. Metode
Pembelajaran Kacapi Indung dalam Tembang Sunda Cianjuran, Heri Herdini ,2003.
Sumber bacaan ini berisi tentang
metode atau cara belajar kacapi indung. Baik dari tekhniknya,pola tabuh pada
kacapi indung dalam tembang sunda cianjuran.
2. “Tatandingan Kageulisan Purba Sari jeung
Purba Rarang (Kacapi indung nu nganteur jalanna carita)” Samsi Al Haris, Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, 2013.
Skripsi ini membahas tentang drama
musikal Lutung Kasarung, tetapi didalamnya
juga terdapat tekhnik-tekhnik bermain dan pengertian kacapi indung.
b. Sumber lisan
Yang
dimaksud dengan sumber lisan adalah sejumlah tokoh yang dijadikan sebagai
narasumber. Adapun beberapa narasumber tersebut adalah:
1.
Nanang Zaenudin sebagai narasumber dalam tulisan ini dan beliau sebagai asisten dosen mata kuliah pilihan
kacapi tembang di jurusan karawitan ISBI Bandung.
2. Juli Kartawinata sebagai narasumber
dalam tulisan ini dan beliau sebagai seniman sunda di daerah Sumedang Jawa
Barat.
V. Metode Penelitian
Untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam
penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, sebagaimana yang
dikemukakan oleh bogdan dan taylor yaitu:
Pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic[1].
Pendekatan ini diharapkan dapat
membantu penulis dan memperjelas dalam mengamati berbagai teknik yang akan
diberikan oleh beberapa narasumber, sehingga ketika semua data sudah di
dapatkan maka akan lebih mudah untuk di bandingkan data tersebut.
Adapun Langkah-langkah yang penulis
tempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data ini
ditempuh melalui beberapa cara yaitu:
1. Studi kepustakaan
Cara
ini ditempuh dalam rangka mencari dan mempelajari beberapa literature yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti sebagai landasan sumber
teoritis.Literatur yang dimaksud tidak hanya berbentuk buku, tetapi dalam
bentuk yang lainnya seperti artikel, paper, makalah yang telah diseminarkan,
laporan penelitian dan lain-lain.
2. Observasi
Merupakan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam mencari solusi
dalam mengahadapi masalah yang dihadapi.
3. Wawancara
Merupakan
suatu cara yang dipergunakan untuk mendapat keterangan secara lisan dari
seseorang responden atau narasumber. Kegiatan ini dilakukan dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka
secara langsung dengan orang tersebut (Kuntjoroningrat, 1983:129)
4. Pendokumentasian
Yaitu
suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan peralatan elektronik baik secara
audio ( dengan menggunakan alat recorder), secara visual (menggunakan kamera
photo), ataupun secara audio visual ( menggunakan video recorder).
Cara
ini ditempuh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan baik yang telah tersusun
atau secara spontan kepada para narasumber.
b. Pengolahan data
Langkah ini merupakan kegiatan
menganalisis data yang telah terkumpul untuk dikaji dan dibuktikan
kebenarannya, sehingga menjadi sebuah rumusan yang objektif.
Dalam pengolahan data ini penulis akan
sekaligus mempraktekan hasil informasi seputar tekhnik pola tabuh gelenyu
jemplang panganten kacapi indung, untuk mengetahui perbedaan antara Nanang
Zaenudin dengan Juli Kartawinata.
c. Perumusan dan Penyusunan Data.
Tahap
ini merupakan kegiatan mendeskripsikan
sejumlah data-data yang terkumpul dan telah dianalisis perbandingannya
untuk menjadi sebuah rumusan tertulis dengan sistematika yang telah ditentukan.
Selain itu tulisan ini diharapkan menjadi suatu bentuk karya ilmiah (skripsi)
yang dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.
Untuk
menghasilkan sebuah rumusan yang objektif, selain disusun berdasarkan
sistematika penulisan yang telah ditentukan, juga ditunjang dan diperkuat
dengan sejumlah sumber, baik secara lisan (pendapat narasumber) maupun sumber
tertulis (literatur) yang relevan dengan objek masalah penelitian yang telah
dikaji.
VI. Sistematika Penulisan
Dari
beberapa pokok masalah yang diuraikan, penulis mencoba menyusunnya dalam suatau
kerangka dasar penulisan dengan sistematika sebagai berikut :
Pada Bab I dibahas tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tinjauan sumber, metode penelitian.
Bab II, membahas tentang profil dua
orang seniman penabuh kacapi indung yaitu Nanang Zaenudin dan Juli Kartawinata.
Pembahasan ini merangkap dengan latar belakang kehidupan, proses kesenimanan
dan popularitasnya.
Bab III merupakan bahasan pokok, yaitu
tentang perbandingan pola tabuh bermain kacapi indung dalam gelenyu jemplang
panganten antara Nanang Zaenudin dengan Juli Kartawinata.
Bab IV , Kesimpulan, yaitu uraian
tentang jawaban dari permasalahan pokok yang dipertanyakan dalam rumusan
masalah.
Daftar Pustaka
Herdini,
Heri
2003 Metode
Pembelajaran Kacapi Indung dalam Tembang Sunda
cianjuran. Bandung
: STSI PRESS.
Al Haris,
Samsi
2013 “
Tatandingan Kageulisan Purba Sari jeung Purba Rarang (Kacapi Indung nu Nganteur
Jalanna Carita)”Skripsi S1. STSI Bandung.
siaaap ah urng tenis meja, pami wantun.. he...hee
BalasHapus